Dahulu kala di zaman yang kata orang serba susah, di zaman yang katanya orang makan pelepah daun pisang dan sebagainya, pendidikan merupakan hal yang penting di kalangan kaum pemuda saat itu. Tengok saja Sukarno, Hatta, Sutomo, dan yang lainnya. Ditengah zaman yang carut-marut dalam arti sebenarnya, mereka-mereka masih memikirkan pendidikan. Tanpa buku yang layak untuk belajar, (kalaupun ada hanyalah “sabak”). Tanpa ada kesempatan yang luas untuk saling berbagi dan berdiskusi tentang suatu topik. Kesempatan bangsa ini sangat terbatas untuk belajar. Hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan Belanda untuk sekolah. Itupun hanya tingkat rendah. Selebihnya jika ada beberapa pemuda zaman dulu yang belajar hingga tingkat tinggi adalah hasil dari perjuangan mereka yang sangat gigih.
Bila
malam, mereka tentu tidak bisa belajar. Tahu sendirilah bagaimana PLN
saja saat itu belum lahir. Belum lagi bila ada pergolakan yang terjadi.
Maklum saja, zaman perang memang tidak bisa diprediksi dengan baik.
Maksud hati ingin belajar, eh keadaan keamanan sedang gawat. Jadi, ya
tahu sendirilah bahwa selain waktu yang sangat terbatas untuk belajar,
kesempatan untuk semakin mengembangkan diri juga tidak ada. Mereka
memang nyaris tidak pernah tersentuh oleh teknologi.
Namun
jika kita mau terus menelusuri pejuang-pejuang kita, ada hal yang
semestinya bisa kita ambil untuk kita jadikan pelajaran. Tengok saja
pendahulu-pendahulu kita. Mereka tidak kalah cerdasnya dengan kita.
Bahkan mereka dengan segala keterbatasan mereka bisa melampaui paradigma
pemuda sekarang yang mungkin terlalu dimanja oleh teknologi. Mampu
menembus level dunia internasional. Tengok saja Bung Karno yang pidato
di PBB dengan gagahnya. Atau utusan-utusan dari Indonesia yang konferensi di Den Haag Belanda. Sungguh suatu prestasi yang sangat bagus.
Dalam
dunia pendidikan kita di masa kini, teknologi membawa dampak yang
sangat kuat. Nyaris semua bidang pendidikan masa kini sudah tersentuh
oleh teknologi. Mulai dari yang paling sederhana sekalipun sudah
tersentuh oleh teknologi. Contohnya adalah adanya sebuah web site
ataupun web log yang mengusung tema pendidikan dengan segala
pernak-perniknya. Semua hal yang bersifat pendidikan diulas dan dibahas
habis sampai ke akarnya.
Contoh dari web site yang mengusung tema pendidikan misalnya http://www.e-smartschool.com/, http://www.e-dukasi.net,
dan lain-lain. Web-web tersebut konsisten mengusung pendidikan sebagai
temanya. Apapun alasan dibalik realita tersebut tidaklah jadi soal. Yang
paling utama dari semua itu adalah bahwa pendidikan yang notabene hal
membosankan bagi kebanyakan orang, ternyata masih mendapatkan tempat.
Namun
peranan teknologi di zaman kini belumlah bisa dimaksimalkan oleh pemuda
kita. Sebagai bukti, tengok prestasi kaum pendahulu kita dengan segala
keterbatasannya. Bandingkan dengan semakin manjanya pemuda kita dengan
teknologi tetapi kurang prestasi. Bukan maksud untuk mengecilkan peranan
pemuda masa kini, tetapi paling tidak semoga tulisan ini mampu
membangkitkan semangat pendidikan di era teknologi.
SUMBER : http://ariywildan501.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar